Rabu, 01 Februari 2023

Guru Bejo #2 FC

Guru Sungguh Beruntung Mengajar di Desa. Padahal kita dimanapun tinggal bahwa bumi kita pijak milik Sang Khalik. Kita diperintah memakmurkannya. Lewat amal sholih kita. Seorang guru harus mampu mengemban amanah ini. Dengan bekal ilmu yang diperoleh di meja pendidikan selama sekian tahun. Sudah paling tidak 17-an tahun menerima ilmu dari guru-guru kita. Dan kini warisan itu kita sampaikan pada anak didik kita. Kelangsungan transfer ilmu harus langgeng. Contoh sederhana sebagaimana even lari estafet. Sebuah kesinambungan dengan membawa misi satu generasi ke generasi berikutnya. Proses secara estafet yang terus digelorakan untuk kemajuan kehidupan manusia dan alamnya.

 Lewat mediasi ilmu maka hidup akan terarah dan mampu memperlakukan setiap soal kehidupan dengan bijak. Mampu membedakan yang baik dan tidak. Hal ini betapa pentingnya ilmu. Apakah sama orang yang berilmu dan tidak. Hanya orang yang arif yang mampu membedakannya. Sehingga tumbuh untuk belajar di setiap saat. Untuk senantiasa mengembangkan dan menyebarkan ilmu dan ketrampilan kepada siswnya. Dalam hal ini sebagai agen pembelajarnya berada di sekolah kita. Bermodal rasa cinta untuk menyebarkan ilmu. Seorang guru selalu mengabarkan berita kebaikan pada siswanya. Ia adalah sebagai makhluk Sang Khaliq. Seorang guru yang bertugas di desa. 

Betapa senangnya saat jadi guru di desa. Sudah 12-an tahun menantikan menjadi guru yang layak. Bukan berarti layaknya kehidupan. Yang kala itu masih kesana-kemari mencari sekolah. Hanyalah dengan mencoba dan mencoba. Ada pesan saat masuk SMK di kota Lurik.”Disini tak ada imbalan yang pantas. Gajinya tak standar. Semoga jalan ini sebagai batu loncatan ke jenjang lebih baik!” Aku ingat selalu pesan kala itu. Dan kini terjawab dengan jelas. Sebuah nikmat yang banyak pada diri guru. Kian naiknya fasilitas mengajar seharusnya kian baik pelayanannya. 

Termasuk dalam meningkatkan kualitas ketrampilan dan lkemampuan diri guru. Alamnya bagus kala masuk daerah yang dianggap desa. Ternyata disini ada bberapa nilai yang masih kuat. Persaudaraan yang demikian lekat. Ada tegur sapa yang masih terjaga. “Nderek langkung,Pak!” kata seorang siswa yang lewat di depan rumah warga desa. Siswaku kuajak jalan keliling dusun. Dan kebetulan berpapasan dengan warga setempat. Di desa media ajarnya banyak dan tak harus beli. Mulai dari tumbuhan dan juga sarana prasarana sebagai media belajar. Seperti daun pisang,kelapa dan rumput kolo jono yang masih tumbuh subur. Bahkan alam itu masih jauh dari polusi udara dari pabrik.

 Masyarakat yang antusias setiap ada momen yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Semisal anak didik mau main drum band secara kebetulan dibuatkan alat itu. Warga desa sebagai pengrajin alat musik tersebut. Dan masih beberapa hal lainnya layak diperhatikan. Kerukunanwarga dan komponen masyarakat yang solid. Sebagaimana ada tawaran untuk merampungkan pagar dan mushola yang diunggah lewat grup sekolah. Dan juga lewat kotak masukan sekolah. gambar dok pri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar